Banyaknya guru Sekolah Dasar (SD) yang pensiun sudah terjadi sejak 2012. Ledakan pensiun atau pensiun guru dalam jumlah besar diperkirakan akan berlangsung sampai 2020. Hal ini dikatakan Pakar pendidikan yang juga Rektor Universitas PGRI Semarang Dr Muhdi.
Meski kekurangan guru, kegiatan pembelajaran tetap berjalan dengan bantuan dari Guru Wiyata Bakti
"Ledakan pensiun atau pensiun guru dalam jumlah besar-besaran, terutama guru SD sebenarnya sudah terjadi sejak 2012 lalu, dan akan berlangsung sampai 2018-2020," kata Muhdi yang dikutip dari Antaranews (26/09/2014).
Ledakan pensiun guru SD ini berkaitan dengan penggalakan SD-SD inpres di berbagai wilayah semasa Orde Baru era 1970-an. Pada waktu itu dibutuhkan banyak guru SD, untuk memenuhinya dilaksanakan kursus singkat, yang disebut kursus pendidikan guru (KPG).
"Guru-guru yang direkrut semasa SD inpres itu tak hanya yang berpendidikan guru, atau sekolah pendidikan guru (SPG). Namun, banyak juga yang lulusan SMP kemudian dikursuskan lewat KPG itu," kata Muhdi.
Pemerintah diminta harus melakukan upaya untuk mengatasi ledakan pensiun guru SD yang yang telah terjadi dan akan berlangsung sampai beberapa tahun ke depan. Saat ini pemerintah dinilai belum menyiapkan langkah serius untuk menanggulanginya.
Pemerintah masih mengandalkan keberadaan guru-guru wiyata bakti atau guru honorer untuk memenuhi kekurangan guru. Dari total jumlah guru di bawah Kemendikbud yang mencapai 2,9 juta orang, sebanyak satu juta orang di antaranya merupakan guru wiyata bakti
Dia mengatakan seharusnya pemerintah memikirkan nasib guru-guru wiyata bakti yang selama ini diperbantukan untuk mengajar di sekolah. Jika tidak bisa mengangkatnya langsung menjadi CPNS, semisal memperjelas statusnya dan mengikutkan mereka dalam sertifikasi guru.
"Yang tak kalah penting, pemerintah harus melakukan rekrutmen guru dalam jumlah proporsional untuk menutup kekurangan guru karena banyaknya guru yang pensiun, terutama guru-guru SD," pungkas Muhdi.
Sumber : sekolahdasar.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar